Beruang Madu Kalimantan Barat
Acknowledgments for the shoot
Acknowledgments for the post-production
Blangpidie (ANTARA) - Petugas Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Blangpidie bersama masyarakat menemukan dua ekor satwa liar beruang madu (Helarctos malayanus) di kawasan hutan Desa Ladang Neumbok, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Aceh Barat Daya.
"Dua ekor beruang madu yang terjerat ini berjenis kelamin jantan dan betina, keduanya cedera pada kaki akibat terkena jeratan babi milik warga," kata petugas TNGL Baiturrahmat, Selasa malam.
Satwa liar yang dilindungi ini ditemukan warga pada Selasa siang saat pulang dari kebun. Tanpa sengaja, warga melihat dua satwa dalam kondisi terperangkap.
Khawatir atas keselamatan kedua satwa ini, warga bernama Bashir tersebut melaporkan temuan ini kepada warga lainnya di desa. Warga kemudian menghubungi petugas Taman Nasional Gunung Leuser dan BKPH Kabupaten Aceh Barat Daya guna mendapatkan pertolongan.
"Kami juga sudah meminta bantuan BKSDA Aceh dan pihak terkait lainnya untuk melakukan evakuasi dua ekor beruang madu yang terjerat ini," kata Baiturrahmat.
Kepala BPTN Wilayah I Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan, Agung Widodo mengatakan agar satwa liar tersebut hingga Selasa malam masih dijaga oleh warga untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Masyarakat juga melakukan penjagaan di lokasi dengan sukarela karena khawatir jerat yang terperangkap putus dan akan menyerang warga sekitar," kata Agung Widodo.
Menurut keterangan, warga, satwa liar yang dilindungi tersebut terjerat perangkap yang dipasang oleh pemburu babi. Namun naas yang terjerat adalah dua ekor beruang madu yang memiliki cakar panjang.
Saat berita ditulis, tim evakuasi yang dipimpin oleh BKSDA Aceh beserta pihak NGO/LSM dalam perjalanan menuju ke lokasi untuk mengevakuasi satwa yang masih terjerat perangkap di dalam hutan Kabupaten Aceh Barat Daya.
Pewarta: Teuku Dedi IskandarEditor: Budisantoso Budiman Copyright © ANTARA 2019
Beruang madu (Helarctos malayanus) adalah spesies beruang terkecil di dunia dan salah satu yang paling sedikit dipelajari. Mereka mendiami hutan tropis Asia Tenggara, mulai dari ujung timur India, Bangladesh, melalui Burma, Laos, Thailand, Kamboja, Vietnam, Malaysia dan pulau-pulau Sumatra dan Kalimantan.
Sepanjang jangkauan mereka, beruang madu sedang terancam oleh perusakan habitat, kebakaran hutan berskala besar, perburuan untuk empedu dan bagian tubuh lain dan perdagangan hewan peliharaan ilegal. Ancaman utama untuk populasi beruang madu liar di Indonesia adalah hilangnya habitat. Hal ini pada gilirannya menimbulkan konflik antara manusia dan beruang sehingga beruang didorong keluar dari habitat alami mereka dan kadang-kadang masuk ke kebun dan memakan tanaman.
Beruang madu telah dilindungi di Indonesia sejak 1973. Ini adalah ilegal untuk diperdagangkan atau memiliki beruang madu dan bagian-bagian tubuhnya. Meskipun perlindungan hukumnya yang cukup bagus di atas kertas, pada hakikatnya penegakan hukum di Indonesia masih lemah dalam pelaksanaannya. Hal ini juga berlaku bagi banyak spesies langka dan terancam punah lainnya seperti orangutan, bekantan, dan macan tutul. Hutan-hutan Dipterocarpaceae dataran rendah Kalimantan sangat kaya akan keanekaragaman hayati. Sayangnya, hutan ini cepat dihancurkan oleh penebangan pohon yang berlebihan, konversi menjadi perkebunan kelapa sawit, dan kebakaran hutan. Tanah longsor, erosi, kekeringan lokal dan banjir, yang meningkat frekuensinya karena eksploitasi yang berlebihan dan perusakan.
Pada tahun 1997, Gabriella Fredriksson memulai penelitian jangka panjangnya pada beruang madu di Hutan Lindung Sungai Wain. Hutan, terletak dengan batas-batas Balikpapan, merupakan rumah bagi sekitar 50-100 beruang madu liar. Penelitian Gabriella dan upaya konservasinya yang menghasilkan publisitas dan perhatian yang terfokus pada beruang madu. Pada tahun 2002, Balikpapan, salah satu kota terbesar di Kalimantan-Indonesia, mengangkat beruang madu sebagai maskot resminya.
Blangpidie (ANTARA) - Petugas Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Blangpidie bersama masyarakat menemukan dua ekor satwa liar beruang madu (Helarctos malayanus) di kawasan hutan Desa Ladang Neumbok, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Aceh Barat Daya.
"Dua ekor beruang madu yang terjerat ini berjenis kelamin jantan dan betina, keduanya cedera pada kaki akibat terkena jeratan babi milik warga," kata petugas TNGL Baiturrahmat, Selasa malam.
Satwa liar yang dilindungi ini ditemukan warga pada Selasa siang saat pulang dari kebun. Tanpa sengaja, warga melihat dua satwa dalam kondisi terperangkap.
Khawatir atas keselamatan kedua satwa ini, warga bernama Bashir tersebut melaporkan temuan ini kepada warga lainnya di desa. Warga kemudian menghubungi petugas Taman Nasional Gunung Leuser dan BKPH Kabupaten Aceh Barat Daya guna mendapatkan pertolongan.
"Kami juga sudah meminta bantuan BKSDA Aceh dan pihak terkait lainnya untuk melakukan evakuasi dua ekor beruang madu yang terjerat ini," kata Baiturrahmat.
Kepala BPTN Wilayah I Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan, Agung Widodo mengatakan agar satwa liar tersebut hingga Selasa malam masih dijaga oleh warga untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Masyarakat juga melakukan penjagaan di lokasi dengan sukarela karena khawatir jerat yang terperangkap putus dan akan menyerang warga sekitar," kata Agung Widodo.
Menurut keterangan, warga, satwa liar yang dilindungi tersebut terjerat perangkap yang dipasang oleh pemburu babi. Namun naas yang terjerat adalah dua ekor beruang madu yang memiliki cakar panjang.
Saat berita ditulis, tim evakuasi yang dipimpin oleh BKSDA Aceh beserta pihak NGO/LSM dalam perjalanan menuju ke lokasi untuk mengevakuasi satwa yang masih terjerat perangkap di dalam hutan Kabupaten Aceh Barat Daya.
Pewarta: Teuku Dedi IskandarEditor: Budisantoso Budiman Copyright © ANTARA 2019
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Beruang Madu means Honey Bear in Indonesian, the name given to the Sun Bear which can be found across SE Asia. This short educational film was commissioned by KWPLH (Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup) based outside of Balikpapan in East Kalimantan. It is now part of its educational exhibition where visitors and school children come to learn about the sun bears. The film was made for the Indonesian audience, it is deliberately didactic and informative.
11 min - 2011 - Indonesian version with English sub-titles